Tugas I

Soal

1. Apa perbedaan antara teknologi dan media ?

2. Apa saja enam kategori dasar dari media ?

3. Bagaimana rangkaian kesatuan konkret-abstrak bisa digunakan untuk membantu dalam pemilihan teknologi dan media ?

4. Apa itu belajar ?

5. Apa itu empat ranah belajar ?

6. Jelaskan empat perspektif psikologis mengenai belajar !

7. Apa saja perbedaan dan kesamaan antara belajar dalam waktu bersamaan dengan pembelajaran tidak dalam waktu bersamaan ?

8. Apa perbedaan informasi dengan pengajaran / intruksi ?


Jawaban


1.  Teknologi Menurut Sharon E. Smaldino dan James D. Russel (2008), teknologi berasal dari Yunani,Teckne berarti kerajinan dan logia berarti keterampilan. 
Teknologi adalah istilah yang berhubungan dengan penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keterampilan (Instructional Technology and Media for Learning, 4)
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, definisi Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi dikenal sebelum sains dan teknik.
Definisi lainnya, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungnya sumberdaya untuk memproduksi produk yang diinginkan.
Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan.
Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah pengetahuan teoritis pada masalah praktis.
Jadi, pemahaman tentang Teknologi tidak dapat dipisahnya dari Ilmu Pengetahuan Alam dan rekayasa. Ilmu pengetahuan akan memperoleh ilmu rekayasa, sedangkan teknologi adalah hasil dari proses rekayasa.

MediaDalam Buku Instructional Technology and Media for Learning (Sharon E. Smaldino dan James D. Russel, 6) Media merupakan bentuk jamak dari medium yang artinya sarana komunikasi. istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima. 
Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, manipulatif (objek), dan orang-orang (teknisi). Tujuan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan belajar.
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk kedua dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana penyalur pesan agar dapat dirangsang oleh otak, perasaan dan kemauan kita.

2.  Enam kategori dasar media adalah teks, audio, visual, video, manipulatif (objek), dan orang-orang (teknisi). Tujuan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan belajar.
  • Teks, yakni karakter alfanumerik yang dapat ditampilkan dalam berbagai format, seperti buku, poster, layar komputer, papan tulis dan lain-lain. 
  •  Audio, yakni segala sesuatu yang dapat didengar, seperti suara orang, musik, suara bising, dll.
  • Visual, yakni segala sesuatu yang dapat kita lihat, misalnya diagram pada poster, gambar, buku, dll. 
  • Video, yakni media yang menampilkan gerakan, misalnya rekaman video, animasi komputer, DVD, dll. 
  •  Perekayasa, yakni segala sesuatu yang bersifat tiga dimensi dan dapat disentuh, misalnya benda-benda. 6. Manusia, seperti guru, siswa, ahli bidang studi dll.
3. Proses pembelajaran berlangsung dari pengalaman konkret/nyata sampai pengalaman yang abstrak. 
Sebagaimana yang ditunjukan Edgar Dale (1969) dalam Cone Of Experience yang menyarankan agar kita memulai belajar dengan siswa sebagai peserta dalam pengalaman aktualnya, kemudian pindah ke siswa sebagai pengamat kejadian aktual, siswa sebagai pengamat kejadian melalui perantara, dan akhirnya siswa dapat mengamati simbol-simbol yang mewakili sebuah kejadian. 
Menurut Dale (Smaldino, 20..) siswa bisa memanfaatkan kegiatan pembelajaran yang lebih abstrak sehingga siswa dapat membentuk sekumpulan pengalaman yang lebih konkret untuk memberi makna pada representasi kenyataan yang lebih abstrak. 
Pada waktu siswa menuju ke pengalaman yang lebih abstrak, siswa akan mendapatkan informasi yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Siswa dapat memperoleh banyak informasi dengan waktu yang singkat melalui teks, atau audio, dengan syarat siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman prasayarat untuk memahami simbol-simbol verbal tersebut. 
Menurut Jrome Bruner (1966 dalam Smaldino, 2008) urutan dimana siswa melihat material berdampak langsung pada kemampuan mereka menyelesaikan tugas. Ketika tugas disajikan pada orang dewasa yang tidak mempunyai pengalaman yang relevan, belajar akan lebih mudah jika pembelajaran mengikuti urutan dari pengalaman konkret ke penyaajian yang abstrak (simbolis). Dengan semakin berkembangnya imu pengetahuan, saat ini orang cenderung beralih dari fokus pada pengajaran ke penekanan pada belajar. Dimana saat ini terjadi peralihan penggunaan media yang dulu digunakan guru dalam kelas, dan sekarang teknologi dan media digunakan siswa kapan dan dimana saja.


4. Belajar didefinisikan sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pelajar dan interaksi dengan dunia (Discroll, 200 dalam Smaldino, 2008). 
Menurut John Dewey (1916) sebagian besar kita tidak belajar dengan cara diberi tahu, tapi dengan berbuat. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru ketika seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan (Smaldino, 2008)

5.  Empat Jenis Belajar :
  • Ranah Kognitif Menurut ranah kognitif, belajar menggunakan serangkaian kemampuan intelektual yang dapat dikelompokkan dalam informasi verbal, visual, atau keterampilan intelektual. Belajar verbal melibatkan proses mengingat, atau mengingat kembali fakta/informasi. Sedangkan keterampilan intelektual membutuhkan penerapan kemampuan berpikir kritis dan manipulasi informasi. 
  • Ranah Afektif Ranah afektif melibatkan sikap, perasaan dan nilai-nilai. Tujuannya adalah menstimulasi minat terhadap suatu hal, mendorong perilaku sosial dan memiliki standar etika dalam memanfaatkan internet. 
  • Ranah Psikomotor Menurut ranah ini, belajar melibatkan keterampilan atletik, manual dan keterampilan fisik lainnya. Tujuannya adalah untuk kemampuan kegiatan mekanis tertentu, penggunaan berbagai peralatan, dll. 
  • Ranah Interpersonal Menurut ranah ini belajar melibatkan interaksi antara orang-orang. Kemampuan interpersonal merupakan keterampilan orang untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain.
6. Empat perspektif psikologis mengenai belajar, yaitu :
  • Perspektif Behavioris. B.F. Skinner, yang melahirkan teori penguatan, memperlihatkan bahwa penguatan atau memberi ganjaran pada respons yang diinginkan, dapat membentuk pola perilaku organisme. Menurut Skinner dengan serangkaian penguatan akan muncul pengajaran terprogram yang belakangan berkembang menjadi pengajaran dibantu komputer. Menurut para tokoh aliran behavioris proses belajar dapat dilihat dari perilaku yang diamati. 
  • Perspektif Kognitifis. Para kognitifis berkontribusi dalam teori belajar dengan menciptakan model-model tentang bagaimana siswa menerima, memproses dan merekayasa informasi. Menurut tokohnya Jean Piaget (1977), psikolog kognitif menelusuri proses mental yang digunakan individu dalam menanggapi lingkungan mereka. Kognitifisme membahas bagaimana orang berpikir, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Para kognitifis menciptakan sebuah model mental dari ingatan jangka pendek dan jangka panjang, yang akan digunakan untuk menyimpan informasi. Informasi baru dapat disimpan pada ingatan jangka pendek, dan kemudian informasi tersebut dapat digabungkan dengan keterampilan dalam memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif atau keterampilan untuk mengatasi hal-hal yang sulit. Dengan begitu, siswa tidak lagi tegantung pada guru, tapi lebih mengandalkan strategi kognitif mereka sendiri dalam memanfaatkan sumber daya belajar yang tersedia. 
  • Perspektif Konstruktivis. Menurut konstruktivisme keterlibatan siswa dalam pengalaman yang bermakna sebagai inti sari dari pembelajaran empiris. Konstruktivisme menekankan bahwa siswa menciptakan penafsiran mereka sendiri tentang dunia informasi. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar sebagai pengalaman mereka sendiri, dan tujuan pengajaran adalah tidak untuk mengajarkan informasi, tetapi menciptakan situasi, sehingga siswa dapat menafsirkan informasi bagi pemahaman mereka sendiri. Peran pengajaran adalah memberikan siswa cara untuk menyusun pengetahuan , bukan untuk membagi fakta. Menurut ahli perspektif, belajar efektif adalah ketika siswa terlibat dalam tugas autentik yang mengaitkan konteks bermakna, yakni learning by doing. 
  • Perspektif Psikologis Sosial. Psikolog sosial memusatkan belajar terhadap efek organisasi sosial. Menurut Robert Slavin (Smaldino,2008) belajar kooperatif akan lebih efektif dan lebih menguntungkan secara sosial dibandingkan belajar kompetitif secara individual. Slavin mengembangkan seperangkat teknik belajar kolaboratif yang mencakup prinsi-prinsp kolaborasi kelompok kecil, pengajaran yang dikendalikan siswa dan adanya ganjaran (reward) berdasarkan pencapaian kelompok. Dengan adanya berbagai jenis perpektif dan teori belajar ini, guru dapat memilih dan menentukan apa yang akan digunakan, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi/situasi belajar serta tujuan pembelajaran.
7.  Perbedaan :
  • Dalam Waktu Bersamaan : Pengajaran dalam waktu bersamaan (synchronous) terjadi dimana para pelajar harus menghadiri pembelajaran pada waktu yang sama, misalnya presentasi dalam kelas, siaran tv, telekonferensi, dll. Ada dua macam pembelajaran dalam waktu bersamaan yaitu pembelajaran langsung dan tidak langsung
  • Tidak dalam Waktu Bersamaan : Pembelajaran tidak dalam waktu yang bersamaan memungkinkan para pelajar yang berbeda untuk merasakan konten yang sama pada waktu yang berbeda., misalnya dengan belajar mandiri, menggunakan komputer, CD interaktif, web tutorial dll. Pengajaran dalam waktu tidak bersamaan dapat diakses siswa pada waktu berbeda dan ditempat berbeda pula. Siswa dapat berinteraksi melalui fasilitas chatting, ruang diskusi, grup, dll. Interaksi kelompok ini bermanfaat bagi para siswa untuk memiliki waktu untuk memikirkan pertanyaan/persoalan dan saling menanggapi. Adanya keharusan untuk berinteraksi terus menerus dengan bahan dan mendapatkan umpan balik mengenai kemajuan tiap tahapan belajar akan menentukan keberhasilan pendekatan pembelajaran ini. Pendekatan ini memungkinkan para siswa untuk memulai dan mengakhiri pengajaran kapan saja dan emnentukan kemajuan belajarnya sendiri.
8. Sebagai seorang pendidik, guru haruslah dapat membedakan antara informasi dengan pengajaran. 
  • Informasi merupakan pengetahuan, fakta, berita, komentar, dan konten seperti yang terdapat dalam buku, situs, dll. Setiap saat kita menerima banyak informasi. Para siswa tidak perlu bertanggung jawab untuk menyimpan dan menggunakan informasi yang dilihat/didengar. Siswa tidak perlu menyimpan semua informasi, namun cukup informasi yang mereka butuhkan. Bahkan saat ini kita bisa mencari banyak informasi dengan komputer untuk mambantu bahkan “melatih” individu, dengan bantuan sistem komputer, sistem dapat berkontribusi bagi belajar, walaupun tujuannya membantu menyediakan informasi. 
  • Pengajaran adalah penyusunan informasi dan lingkungan untuk memudahkan belajar. Menurut Gagne (1985) pengajaran sebagai sekumpulan kejadian yang bersifat eksternal bagi para pelajar yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Lingkungan tidak hanya tempat dimana pembelajaran berlangsung, tapi juga strategi, teknologi dan media yang dibutuhkan untuk menyempaikan informasi dan memandu proses belajar siswa.

0 komentar:

Post a Comment