Gereja juga
harus waspada, karena Firman Allah menjelaskan bahwa akan ada juga guru-guru
palsu yang akan menyusup untuk mengajarkan pengajaran sesat yang akan
membinasakan jemaat. Jawatan guru adalah sangat penting supaya dapat memberi
pengajaran sehat bagi kesehatan rohani Gereja Tuhan. Keselamatan Gereja untuk
dapat bertahan sampai terakhir juga tergantung bagaimana kebenaran pengajaran
yang diajarkan kepada jemaat. Dalam 1 Timotius 4:16, Gereja harus mengawasi
semua ajaran yang ada karena itu sangat menentukan keselamatan umat. Iblis
sedang menyiapkan guru-guru palsu untuk menyesatkan umat Allah.
Berkhotbah
sangat berbeda dengan mengajar karena makna dan tujuannya berbeda. Berkhotbah
bertujuan untuk meneguhkan iman jemaat Tuhan, sedang mengajar membawa jemaat
pada pengertian yang berakar sehingga jemaat dapat bertumbuh dalam satu
pertumbuhan iman yang pasti. Berkhotbah meneguhkan iman dan keyakinan sedangkan
mengajar memperdalam pengertian, memperluas wawasan dan berakar kedalam Firman
Allah. Betapa pentingnya jawatan guru didalam pertumbuhan rohani Gereja Tuhan.
(6). Diaken
atau tua-tua jemaat. Dalam 1 Timotius 3:8-13 disini dicantumkan syarat-syarat
untuk menjadi diaken atau tua-tua jemaat dalam Gereja Tuhan. Para diaken sering
disamakan dengan pembela sidang atau tua-tua sidang jemaat. Kedudukan mereka
tidak dapat disamakan dengan kelima jawatan. Sebab diaken tidak terdapat dalam
catatan Efesus 4:11, tetapi mereka semua juga adalah pelayan Injil, kata-kata
diaken berasal dari kata Yunani “Diakonos” yang berarti pelayan atau hamba
untuk melayani Tuhan.
Syarat-syarat
untuk dapat diangkat menjadi diaken atau tua-tua sidang hampir sama dengan
syarat-syarat untuk gembala jemaat. Berarti bahwa pelayanan diaken adalah
penting dalam jemaat Tuhan. Karena para diaken adalah orang-orang yang diangkat
untuk membantu pelayanan didalam jemaat. Dikatakan bahwa para diaken mendapat
kedudukan yang sangat baik untuk melayani Tuhan didalam jemaat.
Dalam Kisah pasal 6, Gereja mula-mula mengangkat tujuh orang diaken untuk
membantu pelayanan dalam sidang jemaat, terutama pelayanan meja. Maksudnya
supaya gembala jemaat dapat mempersiapkan waktu secara khusus tanpa terganggu
dengan pelayanan lahiriah. Gembala jemaat terpanggil untuk pelayanan rohani
demi kepuasan serta kehidupan rohani jemaat Tuhan. Mereka mengangkat tujuh
orang diaken atau tua-tua jemaat. Memperhadapkan dengan kebenaran Firman Allah,
ternyata sekarang ini telah terjadi penyimpangan makna dan tujuan diaken.
Kedudukan diaken masa kini lebih berorientasi kepada pelayanan mimbar.
Struktural ini harus dikembalikan sesuai Alkitab. Supaya pelayanan Gereja yang
bersifat majemuk kesemuanya dapat berfungsi dan Gereja dapat menemukan pola
pelayanan yang tepat sasaran.
Namun cukup menarik dikarenakan maksud pelayanan para diaken untuk pelayanan
meja (lahiriah), tetapi ternyata ada dua diantara mereka yang dipanggil untuk
menjadi pelayan Injil, yaitu Stefanus dan Filipus (Kisah 6:8, 8:3, 8:4-13).
(7).
Pelayanan Tubuh Kristus. Kelima jawatan pelayanan bertugas memperlengkapi
pelayanan orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan. Kelima jawatan sebagai
pemimpin jemaat berkewajiban untuk mengatur pelayanan bagi setiap orang percaya
sesuai dengan talenta serta karunia yang diberikan oleh Roh Kudus. Karena semua
orang percaya adalah imam yang harus melayani sesuai dengan tempat didalam
tubuh Kristus.
Dalam 1
Korintus 12:12-31, pengaturan pelayanan didalam Tubuh Kristus. Setiap anggota
dalam Tubuh Kristus mempunyai tempat yang berbeda serta fungsi yang berbeda
pula. Namun dikatakan bahwa semua anggota tubuh yang berbeda masing-masing
saling melengkapkan. Tidak ada satupun anggota tubuh yang boleh berbangga dan
merasa bahwa dia lebih dari anggota yang lain. Semua jenis pelayanan dinilai
untuk kepentingan tubuh dan mendapat kemuliaan yang sama.
1 Korintus 12:7-11. Daftar kesembilan karunia Roh Kudus sebagai perlengkapan
orang percaya untuk melayani dalam Tubuh Kristus. Kesembilan karunia Roh
diperuntukkan bagi semua orang percaya untuk melayani sesuai dengan kasih
karunia Allah. Begitu pula Roh Kudus menganugerahkan karunia berupa jenis
pelayanan. Karunia memimpin, melayani, memberi, mengajar, menasehati,
kemurahan, dst. Semua orang percaya melaksanakan pelayanan sesuai dengan hati
yang ikhlas dan penuh sukacita (Roma 12:6-8).
IX. Sakramen
Gereja.
Sakramen
berarti upacara suci dari Gereja Tuhan. Kata sakramen berasal dari kata sacramentum
(latin), berarti ungkapan lahiriah yang keluar dari pernyataan batin. Kita
dapat mengartikan bahwa sakramen berarti sesuatu yang rahasia yang berasal dari
Yesus Kristus yang diungkapkan dan wajib digenapkan oleh GerejaNya. Konotasi
kata sakramen yang telah menjadi lazim yaitu upacara suci gerejani yang terkait
dengan pernyataan iman sebagai perintah yang mutlak harus digenapkan. Bahkan
perintah sakramen direlevansikan langsung dengan keselamatan. Karena itu
sakramen wajib mendapat tempat yang lebih utama dalam liturgi kegerejaan.
Didalam
Alkitab terdapat dua sakramen yang langsung merupakan perintah atau kehendak
secara terbuka diungkapkan oleh Yesus Kristus. Sakramen Baptisan Air dan
Sakramen Perjamuan Kudus. Gereja Pantekosta di Indonesia dalam Mukernas
Palembang 1992, melalui komisi pendidikan menambahkan dua upacara gerejani yang
dapat dianggap sebagai sakramen yaitu Sakramen Penyerahan Anak dan Sakramen
Peneguhan Nikah Yang Kudus. Sesuai keyakinan iman hal tersebut dapat diterima.
Gereja Roma
Katholik mempunyai tujuh sakramen gerejani.
Ada beberapa organisasi gereja tidak berani memakai istilah “Sakramen” dengan
alasan bahwa kata sakramen terlalu berbau mistis. Mereka mengganti dengan
istilah Peraturan-Peraturan Gereja. Tentang istilah-istilah tersebut tidak
perlu menjadi polemik sebab Yesus Kristus juga tidak pernah menamakan itu
sakramen. Tetapi yang jelas merupakan peraturan Firman Allah yang harus
dilaksanakan oleh GerejaNya.
1. Sakramen
Baptisan Air. Menjelang kenaikanNya Tuhan Yesus memberi amanat kepada
murid-muridNya untuk pergi keseluruh dunia memberitakan Injil kepada segenap
bangsa dan barangsiapa percaya “baptislah” mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Selanjutnya, baptisan ini dirangkaikan dengan berita tentang
keselamatan. Bahwa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, dan yang
tidak percaya akan dihukum (Matius 28:19-20, Markus 16:16). Baptisan adalah
suatu perintah yang mutlak harus dilakukan sebab disertai dengan sangsi bila
tidak percaya dan melakukannya.
Setelah hari
ketuangan Roh Kudus, maka amanat yang ditinggalkan Yesus Kristus menjadi
prioritas utama dalam pelayanan dan tantangan khotbah para murid. “Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu masing-masing dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk jalan pengampunan dosa” (Kisah 2:38). Para rasul
dengan teliti menekankan sakramen baptisan dalam pelayanan gereja mula-mula.
Mereka memegang dan melaksanakan dengan teliti perintah Yesus. Semua
petobat-petobat baru harus menggenapkan baptisan air (Kisah 2:41, 8:14, 9:18,
10:48, 16:15, 18:8, 19:5). Dari contoh yang dilakukan oleh para rasul bahwa
baptisan dilaksanakan segera setelah seseorang bertobat menerima anugerah
keselamatan.
Arti
baptisan air. Baptisan air hanya dilakukan kepada mereka yang percaya dan
mengambil keputusan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya. Baptisan air merupakan suatu yang mulia dan suci yang
dilaksanakan denga satu maksud sebagai bukti pertobatan dan menerima Yesus
sebagai Juruselamat pribadi. Baptisan air tidak boleh dilakukan untuk
maksud-maksud yang lain. Misalnya, dilaksanakan untuk maksud lain sebagai
syarat tertentu. Baptisan adalah perintah Yesus Kristus bagi mereka yang
percaya, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Makna baptisan
air bukan hanya sebagai tanda bukti bahwa kita percaya dan menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi sebagai bukti iman yang dapat disaksikan
oleh orang banyak bahwa kita mengalami penyatuan dengan Yesus Kristus. Kita
disatukan dengan Kristus didalam kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya.
“Atau tidak tahukah kamu bahwa, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam
Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya?” dengan demikian kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:3-4). Orang
percaya disamakan dengan Kristus, itulah sebabnya kita harus mengambil bagian dalam
seluruh kehidupan dan karya Kristus. Orang percaya berada didalam Yesus
Kristus, sehingga baptisan benar-benar merupakan perlambang bahwa orang percaya
oleh iman secara realita berada didalam Yesus Kristus Tuhan kita.
Baptisan air
juga sebagai bukti pengakuan dihadapan orang banyak bahwa kita mengaku Yesus
Kristus adalah Tuhan, dan oleh iman kita berda didalamNya. Hanya didalam
menekankan ajaran sakramen ini harus hati-hati jangan sampai kita
memproklamirkan bahwa baptisan itulah yang menyelamatkan. Baptisan itu adalah
satu bukti bahwa kita telah menerima keselamatan ketika kita percaya dan
bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Baptisan adalah
upacara membuktikan kepada orang banyak bahwa kita telah menerima keselamatan,
sehingga menjadi kesaksian awal bagi orang banyak. Baca 4 ayat utama tentang
baptisan yaitu, Markus 16:16, Kisah 2:38, Kisah 22:16, dan 1 Petrus 3:21.
Ayat-ayat tersebut sangat menekankan keselamatan dalam baptisan. Tetapi tetap
peristiwa baptisan adalah peristiwa lahiriah yang mengikuti peristiwa rohani
yaitu, pengalaman percaya dan bertobat dan menerima kelahiran baru. Mereka yang
telah diselamatkanlah yang harus membuktikan diri melalui makna penyatuan
dengan Yesus Kristus melalui peristiwa lahiriah yaitu baptisan air. Percaya dan
bertobat dan mengalami kelahiran baru oleh Firman dan Roh Kudus disinilah orang
percaya diselamatkan suatu peristiwa rohani yang agung (Yohanes 3:3-5).
Peristiwa rohani ini mutlak harus disertai dengan baptisan air sebagai bukti
bahwa hidup kita telah disatukan masuk menjadi satu dengan Tuhan Yesus Kristus
(Roma 6:3-5).
Siapakah
yang harus dibaptis? Yesus meninggalkan amanatNya, “Siapa yang percaya”
baptislah mereka (Markus 16:16). “Orang-orang yang menerima perkataanNya”
memberi diri dibaptis. “Bertobatlah” hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis (Kisah 2:38). Bukti diatas bahwa calon dibaptis telah mempunyai
kematangan mental dan moral untuk mengerti mana yang baik dan mampu mengambil
keputusan untuk bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Baptisan adalah untuk orang dewasa yang telah mampu mengambil keputusan.
Kami tidak
mengecilkan atau mempersalahkan bagi gereja yang melaksanakan baptisan bayi.
Alkitab adalah Firman Kebenaran yang menjadi petunjuk kebenaran apa yang harus
dilkukan umatNya. Bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan adanya baptisan untuk
bayi-bayi. Apabila itu ada, maka hanyalah merupakan keputusan teologi hasil
tafsiran Alkitab. Kebenaran yang tertulis dalam Firman Allah adalah kebenaran yang
tidak dapat digugat oleh keputusan teologi. Karena itu, layaklah kita harus
membaptis orang dewasa yang setelah mendengar Firman Allah mampu untuk
mengambil keputusan percaya dan bertobat serta mengalami kelahiran baru oleh
Firman dan Roh Kudus, dan memberi dibaptis (Kisah 10:44, Kisah 16:31, 34).
Cara
baptisan. Kata baptisan berasal dari kata Yunani “Baptizo” yang berarti
diselamkan. Kata baptizo tidak dapat dikonotasikan sebagai sakramen yang tidak
terikat dengan arti kata. Karena dewasa ini kelihatannya ada upaya ajaran yang
mengkonotasikan kata baptisan yang tidak terikat dengan salah satu cara.
Maksudnya, semua baptisan gerejani dengan cara yang berbeda-beda telah termasuk
sempurna dalam konotasi baptisan. Artinya, baptisan selam, percik dan menuangkan
air, dan mungkin ada cara lain lagi itu semua adalah sama hanya sebagai simbol
, itulah konotasi baptisan.
Kata baptisan dalam Alkitab adalah definitif yang berarti diselamkan. Karena
hanya dengan diselamkan sajalah maka perlambangan bahwa kita dibaptis kedalam
kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya tepat makna gambaran rohaninya
(Roma 6:3-5). W.A Criwell, dalam bukunya “Great Doctrines of The Bible”
menguraika tentang kata baptizo dalam tradisi Yunani, bahwa sejak zaman purba
kata baptizo banyak dipakai dalam puisi atau cerita kuno Yunani kesemuanya
berarti menyelam kedalam air, diselamkan seluruhnya kedalam air (halaman
68-70).
Dengan
melihat Yesus dibaptis (Markus 1:10), sida-sida dari Ethiopia (Kisah 8:38-39),
semuanya ada pernyataan bahwa mereka turun kedalam air dan keluar dari air
sebagai bukti bahwa baptisan dilakukan dengan cara selam. Jelaslah bukti
Alkitab bahwa baptisan dilakukan dengan cara menyelamkan seluruh tubuh kedalam
air.
2. Sakramen
Perjamuan Suci. Perjamuan suci yaitu kita makan dan minum tubuh dan darah Yesus
sebagai tanda persekutuan dengan tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 11:20 sakramen
ini dikatakan sebagai “Perjamuan Tuhan”, sedangkan dalam upacara yang sama
dalam Kisah 2:42 dikatakan mereka berkumpul “memecahkan roti”. Perjamuan Suci
adalah perintah dan ketetapan Yesus Kristus sendiri untuk dilaksanakan dalam
ibadah GerejaNya. Lukas 22:19-20 “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kataNya: ‘inilah tubuhKu yang
diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku’. Demikian
juga diperbuatnya dengan cawan sesudah makan, Ia berkata: ‘cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu’. Dalam 1 Korintus
11:25-26, Gereja Tuhan diminta untuk melakukan Perjamuan Suci ini sebagai
peringatan akan Yesus. Kita didalam iman memperingati bahwa kita berada didalam
Yesus Kristus sampai Ia datang kembali.
Gereja
mula-mula selalu berkumpul setiap hari pertama dan mereka memecahkan roti dan
makan dan minum tubuh dan darah Kristus. Dikatakan bahwa para rasul selalu
berkumpul dan memecahkan roti. Memang tidak ada ketentuan dalam Alkitab tentang
berapa banyak kali atau pada peringatan apa saja upacara perjamuan suci ini
harus dilakukan. Hanya jelaslah, dikatakan bahwa para rasul selalu berkumpul
memecahkan roti (Kisah 2:42). Begitu pula dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini…”. Rupanya perjamuan suci tidak
mempunyai peraturan tertentu berapa kali harus dilakukan setiap tahun. Tetapi
jelaslah bahwa sakramen ini adalah kehendak Yesus Kristus untuk dilakukan bagi
GerejaNya.
Makna
Perjamuan Suci. Kita harus mengakui bahwa apabila kita mengikuti upacara
perjamuan suci sangat terasa bahwa ada sesuatu kekuatan rohani didalamnya.
Makan dan minum perjamuan suci bahwa sesungguhnya oleh iman kita sedang
terlibat persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus dalam arti sesungguhnya.
Walaupun kenyataannya bahwa yang kita makan itu hanya sepotong roti dan cawan
berisi anggur. Kita sangat keliru kalau kita sifatkan itu hanyalah sebagai
lambang tubuh dan darah Tuhan. Ketika penetapan perjamuan kudus, Tuhan Yesus
mengambil roti dan berkata “inilah tubuhKu”. Tuhan tidak pernah berkata sebagai
lambang. Baca Markus 14:22-25, 1 Korintus 11:23-25. Karena itu sering terjadi
mujijat sebagai manifestasi kuasa Allah pada upacara sakramen perjamuan suci.
Rahasianya, orang percaya oleh iman sedang bersekutu dengan tubuh dan darah
Yesus sesungguhnya. Perjamuan Suci bukan sekedar satu upacara sakramen dengan
arti persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus Kristus tetapi mengandung arti
rohani:
(1).
Perjamuan Suci adalah tanda gereja berada pada/ didalam dimensi Perjanjian
Baru. Tanda Perjanjian Baru adalah Darah Yesus Kristus. Ditengah perjamuan
malam itu Yesus berkata: “Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darahKu, yang
ditumpahkan bagi kamu”. (Lukas 22:20). Didalam zaman Taurat atau masa
Perjanjian Lama oleh penumpahan darah binatang, Israel mendapat pengampunan
(Imamat 16:15-16). Perjanjian lama ditandai dengan grafirat darah binatang
(Ibrani 9:6-7). Perjamuan Suci suatu pengaguman akan kebesaran Penebusan Darah
Yesus Kristus. Perjanjian Baru telah melebarkan keselamatan dari satu bangsa ke
segala bangsa dimuka bumi. Perjamuan suci mengandung unsur doksalogi yang patut
gereja berikan kepadaNya (Ibrani 10:19-25).
(2).
Perjamuan Suci Peneguhan Persekutuan. Pada waktu melaksanakan perjamuan itu,
Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya, kemudian dibagi-bagikan kepada
murid-muridNya. Gereja adalah tubuh Kristus merupakan satu persekutuan oleh Roh
Kudus yang tidak terpisahkan bersekutu dengan kepala yang ada di sorga.
Lukas 22:19. Persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus didalam perjamuan suci
adalah persekutuan Roh Kudus. Ketika Yesus berkata tentang roti bahwa ini
adalah “TubuhKu” dan tentang cawan anggur sebagai “DarahNya”. Bukan berarti
tentang roti adalah daging Tuhan yang sungguh (reality), demikian juga tentang
anggur bahwa itu bukan cawan yang berisi Darah Kristus yang sesungguhnya. Roti
dan anggur itu tetaplah sebagai materi roti yang sejati demikian pula anggur
sebagai cairan anggur yang sejati. Imanlah yang menjadi transubstensi sehingga
roti dan anggur berkhasiat tubuh dan darah Yesus sejati. Didalam iman maka
perkara-perkara yang tidak ada menjadi ada. Iman bukanlah satu khayalan atau
sugestif, tetapi kekuatan Illahi yang dapat mengadakan.
Setiap kali kita melaksanakan perjamuan suci bahwa kita menyegarkan dalam iman
tentang persekutuan kita dengan Kristus yang berlaku terus menerus sampai realita
yang sesungguhnya di Kerajaan Sorga. (Markus 14:25).
(3).
Perjamuan Suci menjadi peringatan Yesus Kristus. “Perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Perjamuan suci mengingatkan kita semua
bahwa Yesus Kristus tidak mati tetapi Dia hidup selama-lamanya. kataNya, bahwa
mulai sekarang Ia tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan
Allah datang. Sebelum Dia naik ke sorga, Dia meninggalkan pesan kepada
murid-muridNya bahwa Dia akan menyertai kita sampai ke akhir zaman (Matius 28:20).
Perjamuan
suci suatu tanda peringatan bahwa Yesus Kristus hidup dan Dia pergi menyedikan
tempat bagi kita. Sekali ketika ia akan datang kembali dan membawa kita
ketempat dimana Dia berada. Supaya selalu berada bersama-sama dengan umat
tebusan darahNya. Suatu peringatan bahwa Dia tetap hidup dan menyertai kita,
dan sekali waktu kita akan bersama-sama dengan Dia untuk selama-lamanya
(Yohanes 14:1-3, Filipi 3:20-21).
(4).
Perjamuan Suci Peringatan KematianNya. Apabila kita sedang mengikuti upacara
Perjamuan Suci kita harus menikmati kemuliaan Yesus Kristus. Firman Allah
berkata bahwa kita tidak ditebus dengan emas atau perak, tetapi ditebus dengan
harga yang mahal yaitu Darah Anak Domba Allah yang tidak bernoda dan bercacat
(1 Petrus 1:18-19). Upah dosa ialah maut tetapi kasih karunia Allah ialah hidup
yang kekal didalam Yesus Kristus Tuhan kita (Roma 6:23).
Perjamuan
suci adalah satu perenungan tentang keselamatan yang kita peroleh oleh kematian
Tuhan. Gereja Tuhan menaikkan pujian syukur kepadaNya karena pengorbananNya
telah melepaskan kita dari maut. Kita harus bersyukur sebab inilah karya
terbesar yang pernah terjadi sepanjang zaman. Perjamuan suci mengandung dua
peringatan sekaligus yaitu, bersyukur atas keselamatan dan memuja Dia atas
kasih karuniaNya yang rela mati sebagai jalan penebusan dosa isi dunia (Efesus
2:8, Filipi 2:7-9).
(5).
Perjamuan suci tanda kerinduan menanti kedatangan Kristus kedua kali. Yesus
berkata bahwa “mulai sekarang Aku tidak lagi meminum hasil pokok anggur ini
sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu
dalam Kerajaan BapaKu” (Matius 26:29). Upacara perjamuan suci tidak sekedar
melihat kebelakang yaitu tentang kematianNya, tetapi dengan penuh harapan
melihat kedepan. Berita tentang kedatangan Yesus Kristus kedua kali lebih
mendominasi Alkitab daripada berita kelahiranNya. Orang percaya harus hidup
dalam pengharapan dan hal tersebut mengakibatkan orang percaya tidak akan
tergilas menghadapi segala macam tantangan serta ujian iman. Dunia tidak menerima
kita karena orang percaya tidak bersal dari dunia (1 Petrus 1:6-7, Yohanes
17:13-14).
Sungguh,
sangat menarik kata Yesus bahwa sampai Ia kan meminumnya yaitu anggur bersama
kita di Kerajaan Sorga. (Wahyu 21:4-5). Perjamuan suci mengisyaratkan bahwa
kita adalah warga kerajaan sorga yang sekarang masih bertempat tinggal di bumi.
Perjamuan suci mengisyaratkan bahwa kita sedang bergerak menuju kepada sesuatu
yang baru, sama sekali baru. Tengoklah bahwa Aku menjadikan segala sesuatu
baru.
Syarat
mengikuti perjamuan suci. Tuhan Yesus mengadakan perjamuan kudus bersama-sama
dengan para murid-muridNya tanpa pengikut lain. Sehingga ada organisasi gereja
membuat peraturan tertentu bagi mereka yang diperbolehkan mengambil bagian
dalam perjamuan kudus. Dalam 1 Korintus 11:27-28, dijelaskan semua yang
mengambil bagian harus dapat membedakan arti perjamuan suci yaitu mengambil
bagian dalam kelayakan. Barangsiapa mengambil bagian dengan tidak layak, maka
berdosa kepda tubuh dan darah Tuhan. Sehingga semua harus menguji diri sebelum
turut serta dalam makan dan minum tubuh dan darah Tuhan. Hal itu mengisyaratkan
bahwa yang mengambil bagian haruslah orang-orang yang telah percaya dan lahir
baru. Hanya merekalah yang dapat mengukur diri apakah berlayak atau tidak untuk
mengambil bagian.
Kelihatannya
Tuhan Yesus juga memberi peraturan perjamuan suci harus dilakukan oleh para
murid sebagai satu peringatan. Demikian juga dalam Kisah 2:42, 20:7, mereka
selalu berkumpul pada hari pertama untuk memecahkan roti. Para rasul selalu
berkumpul selalu berkumpul untuk melaksanakan perjamuan suci sesuai dengan
kehendak Yesus Kristus. Mereka yang telah lahir barulah yang mampu mengukur
diri mereka sendiri tentang syarat rohani keberlayakan mengambil bagian dalam
perjamuan suci. Kalau tidak berlayak dikatakan berdosa kepada tubuh dan darah
Yesus Kristus (1 Korintus 11:27-28). Dengan peringatan tersebut menjadi dasar
bahwa mereka yang mengambil bagian haruslah bagi mereka yang mampu mengenal
kelayakan rohani yang berarti bahwa perjamuan suci hanya bagi mereka yang
bertobat dan lahir baru.
Didalam kitab Keluaran 12:3-8, Israel sebelum keluar dari negeri Mesir
menyembelih anak domba dan dagingnya dimakan bagi seluruh isi rumah tangga
(ayat 4). Hal itu berarti melibatkan anak-anak, karena isi keluarga bukan hanya
kedua orang tua atau orang dewasa tetapi juga ank-anak. Banyak gereja Tuhan
membangun ajaran yang melibatkan anak-anak dapat dilibatkan dalam perjamuan
suci berdasarkan kebenaran itu.
Memang tidak
ada bukti Alkitab yang mengatur dengan jelas siapakah yang berhak mengikuti
perjamuan Tuhan. Harus diingat bahwa sakramen ini bukan perjamuan gereja tapi
perjamuan Tuhan. Setiap orang harus mengukur diri apakah dia layak atau tidak
untuk mengambil bagian. Kekudusan Kristus menyertai sakramen ini. Kita tidak
dapat menyimpan anggur baru didalam kirbat yang lama, pasti kirbat itu akan
pecah. Bahwa anggur yang baru haruslah disimpan didalam kirbat yang baru.
Terang dan gelap tidak dapat disatukan. Kristus mempunyai karakteristik
kekudusan, semua orang percaya haruslah mempersiapkan diri yang layak untuk
mengambil bagian dalam sakramen Perjamuan Suci (Markus 2:22, Lukas 5:37, 1
Petrus 1:15-16).
3.
Penyerahan Anak. Memang penyerahan anak tidak termasuk sakramen perintah
langsung dari Yesus Kepala Gereja. Tetapi tidak keliru juga kalau Gereja
mengangkat penyerahan anak sebagai sesuatu yang dianggap upacara suci
kegerejaan. Anak-anak yang baru lahir belum mengenal dosa dan Tuhan Yesus
sering mengambil anak kecil dengan segala sifatnya untuk menjadi teladan bagi
orang percaya. “Lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu
tidak bertobat seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk kerajaan sorga
(Matius 18:3). “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut
kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya”
(Lukas 18:17).
Anak kecil
mempunyai karakter kudus dan mulia sebab belum mengerti keadaan baik dan buruk.
Suatu karakteristik seperti ketika Adam belum jatuh dalam dosa. Karena itu
penyerahaan anak kecil didalam upacara gerejani mengandung makna supaya sifat
dan karakter yang dimiliki sejak kanak-kanak dapat dipelihara oleh Tuhan sampai
ia menjadi dewasa. Suatu karakter keadaan yang memperkenankan Allah sebagai
syarat untuk masuk kedalam Kerajaan Allah.
Penyerahaan
anak-anak juga berarti bahwa pengakuan kedua orang tua bahwa kanak-kanak itu
bukan milik mereka tetapi milik Allah. Sehingga akan membangun
pertanggungjawaban pertumbuhan anak dalam semua aspek kepada Tuhan yang
memilikinya. Orang tua tidak lagi melihat anak-anak sebagai milik dan merasa
menguasainya dan hal ini akan lebih mendorong pertanggungjawaban pemeliharaan
kepada Tuhan. Begitu juga penyerahan anak membangun iman orang tua bahwa Tuhan
terlibat langsung dalam pertumbuhan anak-anak tersebut sampai dewasa.
4. Ibadah
Peneguhan Nikah. Kedua mempelai dalam pandangan pernikahan Kristen mengandung
misteri yang mendalam. Kedua mempelai adalah bayangan Kristus dan sidang
jemaatNya (Efesus 5:32-33). Betapa mulianya penikahan Kristen dimata Allah
Bapa. Iblis ingin menghancurkan gereja Tuhan mulai dari unit yang paling kecil
yaitu, apabila mampu meretakkan hubungan suami istri dalam keluarga Kristen.
Berita pertama dalam Alkitab adalah tentang pasangan Allah di taman Eden.
Demikian juga menjadi berita terakhir pernikahan Kristus dan gerejaNya sebagai
mempelai wanita.
Hubungan suami istri Kristen adalah berita sorgawi, dan dikatakan sebagai
rahasia yang dalam satu misteri, yaitu hubungan Kristus dan Jemaat. Dari
situlah kebenaran pernikahan menjadi kebenaran sorgawi. Hubungan Kristus dan
jemaat adalah bersifat kekal demikian pula hubungan suami istri adalah hubungan
seumur hidup. Hanya kematian saja yang dapat memisahkan suami dan istri. “Apa
yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus
10:9).
Dari
kebenaran diatas itulah menjadikan betapa indah dan mulianya upacara ibadah
peneguhan nikah yang kudus didalam gereja. Begitu pula peneguhan nikah yang
kudus suatu kerinduan dan pengharapan bahwa misteri hubungan Kristus dan jemaat
yaitu hubungan Kristus dengan kedua mempelai sebagai jemaat Tuhan
teraktualisasi dalam hubungan suami istri. Kasih Kristuslah yang membuat rumah
tangga ada damai sejahtera sukacita penuh ucapan syukur dan melimpah dengan
buah-buah kebenaran. Kerinduan itulah yang menjadikan ibadah Peneguhan Nikah
Yang Kudus diakui sebagai sakramen dalam ibadah gereja-gereja pantekosta pada
umumnya.
X. Bentuk
Organisasi Gereja.
Pada umumnya
ada 3 bentuk organisasi gereja yang dipergunakan dewasa ini. Walaupun ada
banyak pola organisasi yang tidak dapat dikelompokkan kedalam salah satu
kelompok itu. Ketiga kelompok bentuk organisasi tersebut adalah:
1. Bentuk
Episkopal. Bentuk episkopal berasal dari kata ” Episkopos” (Yunani) yang
berarti diperintah oleh Uskup . Pelayanan gereja dilakukan oleh para pendeta
yang dikepalai oleh seorang Uskup. Misalnya, disatu wilayah yang terdiri para
pendeta yang memimpin sidang jemaat, namun semua pendeta tersebut tunduk atau
dibawah pengawasan satu orang Uskup. Uskup inilah yang mengangkat dan
menetapkan para pendeta untuk memimpin satu sidang jemaat dalam satu kota
ataupun dalam satu wilayah tertentu.
Gereja Roma
Katholik menerapkan sistim ini, karena menafsir bahwa seorang Uskup lebih
tinggi dari seorang pendeta. Tetapi pemakaian sistim ini oleh gereja Roma
Katholik telah menyimpang dari ajaran Alkitab. Ternyata mereka menetapkan
seorang Paus atau kepala atau Uskup kota Roma (Vatikan) menjadi pemimpin atas
seluruh gereja Roma Katholik sedunia. Kedudukannya bukan haya menjadi pemimpin
atas seluruh gereja Roma Katholik sedunia tetapi segala penetapannya atau
keputusannya dianggap sederajat atau sama berwibawa dengan Firman Allah.
Dasar gereja Roma Katholik bahwa gereja berdiri didasarkan atas pengajaran para
rasul (Kisah 2:42). Kepercayaan gereja Roma Katholik bahwa Paus pemimpin gereja
Roma Katholik adalah pengganti atau penerus para rasul yang melayani di gereja
mula-mula.
Padahal
hampir semua doktrin gereja tentang pemimpin jemaat masa kini sepakat bahwa
kata Episkopos (Uskup) mempunyai arti yang sama dengan kata Presbuteros
(Penatua). Uskup satu istilah yang menekankan gembala jemaat sebagai seorang
“penilik” atau “pengawas”. Sedangkan penatua menekankan bahwa seorang gembala
sidang adalah seorang yang dewasa dan memiliki pengetahuan dan pengalaman
rohani yang matang. Kata Uskup dan Penatua menekankan jenis tugas yang menjadi
tanggung jawab seorang gembala jemaat.
Bentuk
Episkopal merupakan bentuk organisasi gereja-gereja Lutheran, Metodis dan Roma
Katholik walaupun agak berbeda hierarki otorisasi, sebab dalam sistim gereja
Roma Katholik Uskup sebagai pemimpin disatu wilayah harus tunduk sepenuhnya
kepada Paus di Roma. Paus adalah pemimpin tertinggi gereja.
2. Sistim
Presbiterian. Sistim organisasi dimana penerapan pimpinan jemaat dibawah
pimpinan para penatua. Tingkat pimpinan ini berlaku dari tingkat nasional oleh
satu badan yang terdiri dari para pendeta, di tingkat daerah juga ada badan
tingkat daerah atau sinode yang terdiri dari para pendeta dengan jumlah yang
telah ditetapkan. Demikian seterusnya ditingkat sidang jemaat diangkat
penatua-penatua yang memimpin sidang jemaat dan diantara penatua dipilih dan
ditetapkan seorang penatua sebagai pendeta yang mengkoordinasi. Tetapi biasanya
pendeta yang memimpin sidang jemaat itu ditetapkan oleh Badan Tingkat Daerah
atau Sinode Daerah (Semacam M.D GPdI).
Sisitim ini
juga mengakui hak seluruh anggota jemaat untuk memilih para penatua dan diaken
yang bertindak sebagai pelayan pembantu yang berfungsi untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu dalam sidang jemaat. Biasanya dalam menetapkan pendeta
koordinasi, pimpinan jemaat tidak mengabaikan usul serta saran dari seluruh
sidang jemaat setempat.
Kebanyakan
gereja-gereja protestan (Calvinisme) mengikuti pola organisasi Presbyterian.
Pada bagian-bagian tertentu Gereja Pantekosta juga mengikuti pola ini. Contoh:
Pengangkatan dan penetapan gembala jemaat melalui penetapan Badan Pimpinan
Daerah, di GPdI dikenal dengan nama Majelis Daerah untuk setiap daerah
tertentu. Pola ini untuk sidang jemaat setempat mengikuti pola yang ada di
Gereja mula-mula. Kebanyakan pimpinan setiap sidang jemaat pada gereja zaman
rasul mengikuti pola atau sistim dipimpin oleh para penatua. Seorang dari
penatua tersebut ditetapkan sebagai gembala jemaat (Filipi 1:1, Kisah 15:2, 6;
20:17, Titus 1:5, Yakobus 5:14, 1 Petrus 5:1, 1 Timotius 5:17). Sistim
kepemimpinan jamak yang terdiri dari penatua-penatua (Eldership) banyak
diterapkan oleh jemaat-jemaat walaupun secara murni tidak mengikuti sistim
Presbyterian.
3. Sistim Kongregasional.
Dalam sistim ini kepemimpinan jemaat berada ditangan seluruh anggota sidang
jemaat. Kata kongregasional berasal dari kata Inggris “Congregation” yang
berarti jemaat. Mereka beranggapan dan membangun ajaran bahwa adanya sidang
jemaatlah sebagai awal atau dasar sehingga adanya pemimpin sidang jemaat.
Karena itu, jemaatlah yang harus memilih dan menetapkan pemimpinnya. Anggota
jemaatlah yang menjadi substansi gereja, karena itu tidak boleh ada satu badan
gerejani atau satu panitia tertentu yang harus mengangkat pemimpin jemaat.
Dibeberapa
tempat ada jemaat kongregasional yang tidak mengangkat gembala jemaat tetapi
mereka dilayani oleh tua-tua jemaat untuk memimpin ibadah, sakramen semua
liturgi gerejani secara bergantian dalam waktu tertentu. Tetapi hal tersebut
atau pola ini sangat merugikan rohani sidang jemaat. Sebab kebanyakan tua-tua
jemaat hanya memberi paruh waktu (part time) dan itu tidak membawa jemaat
kedalam pertumbuhan rohani yang diharapkan.
Pola
kongregasional mengikuti pola gereja mula-mula. Dimana tidak ada badan yang
mengendalikan atau memerintah atas gereja, terkecuali rasul-rasul yang
menetapkan pemimpin sidang jemaat. Ajaran kongregasional tidak melihat bahwa
adanya pelayanan para rasul yang dapat disamakan rasul-rasul gereja mula-mula.
Karena itu, seluruh jemaatlah yang mempunyai kuasa dan berhak mengangkat
pemimpin jemaat atau gembala jemaat.
Pola ini
dilakukan oleh gereja-gereja baptis, gereja kongregasional, sebagian
gereja-gereja aliran pantekosta serta gereja independen lainnya. Dalam
prakteknya bahwa pola kongregasional tidak menolak persekutuan dengan
gereja-gereja lainnya, asalkan persekutuan itu tidak sampai mengganggu
kedaulatan seluruh anggota jemaat dalam menentukan dan menemukan pola ibadah
mereka sendiri.
Bisanya,
dalam gereja-gereja menganut pola kongregasional sangat sukar mencari kesatuan
ajaran. Hal tersebut disebabkan bahwa pimpinan jemaat tidak dibawah otoritas
satu badan gereja yang membawahi gereja-gereja. Gembala jemaat tidak ada
kewajiban bertanggung jawab secara penuh kepada satu lembaga diatasnya. Gembala
jemaat hanya mengabdi dan mendengar kepada suara jemaat yang telah
mengangkatnya. Apabila terjadi persekutuan dengan gereja-gereja lainnya maka
sifatnya tidak mengikat.
4. Tidak ada
pola organisasi yang sempurna dan Alkitabiah. Mempelajari ketiga bentuk umum
organisasi dari gereja-gereja dewasa ini, kebanyakan bentuk-bentuk dari
organisasi itu telah mengalami penyesuaian dengan sifat dan kondisi serta
ajaran yang dianut oleh setiap gereja. Tidak ada satupun dari ketiga mode
organisasi tersebut yang seratus persen mengikuti pola Alkitab. Tetapi pola
organisasi gereja mula-mula begitu banyak model dan bentuknya telah tersirat
dalam ketiga bentuk umum tersebut.
Kita harus mengingat bahwa gereja mula-mula merupakan kelompok yang tidak
diterima oleh tata krama adat istiadat Yahudi yang berorientasi pada hukum
taurat.
Demikian
pula sistim ketatanegaraan dibawah pemerintahan Romawi melihat kelompok gereja
sebagai satu kelompok yang mempunyai kedaulatan rohani yang berbahaya bagi
orientasi politik kerajaan Romawi. Hal-hal tersebut telah mengakibatkan
keuntungan rohani gereja mula-mula, sebab berada sepenuhnya dibawah kedaulatan
Roh Kudus melalui pengaturan para rasul. Pengaturan gereja pada zaman para
rasul merupakan perwujudan organisme yaitu kehendak Allah melalui Roh Kudus.
Karena itu, melimpah dengan pernyataan supranatural kedaulatan Allah.
Organisasi
gereja-gereja masa kini tidak dapat terlepas dari iklim dan kondisi sosial
budaya dimana gereja itu berada. Semua gereja-gereja masa kini adalah badan
hukum dimana kehidupan berorganisasi selalu berupaya untuk mengikuti pola
Alkitabiah, tetapi jelas tidak dapat terlepas dari unsur pragmatisme kondisi
sosial budaya dimana organisasi itu berada. Namun, bagaimanapun juga gereja
harus berkeyakinan tentang suatu ketika diwaktu yang akan datang bahwa Yesus
Kristus melalui peranan Roh Kudus dapat kembali mengambil alih kepemimpinan
gerejaNya. Gereja bukanlah organisasi lembaga hukum, tetapi tubuh Kristus
sebagai organisme yang hidup oleh Roh Kudus milik Kepala yaitu, Tuhan Yesus
Kristus.
[END]
@2003-2004.
sumber : (Dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Majelis Pusat
GPdI dan diperbanyak oleh Departemen Literatur dan Media Massa).
0 komentar:
Post a Comment