Saturday, May 9, 2015

Doktrin Tentang Gereja – Ekklesiologi (2)


Gereja juga harus waspada, karena Firman Allah menjelaskan bahwa akan ada juga guru-guru palsu yang akan menyusup untuk mengajarkan pengajaran sesat yang akan membinasakan jemaat. Jawatan guru adalah sangat penting supaya dapat memberi pengajaran sehat bagi kesehatan rohani Gereja Tuhan. Keselamatan Gereja untuk dapat bertahan sampai terakhir juga tergantung bagaimana kebenaran pengajaran yang diajarkan kepada jemaat. Dalam 1 Timotius 4:16, Gereja harus mengawasi semua ajaran yang ada karena itu sangat menentukan keselamatan umat. Iblis sedang menyiapkan guru-guru palsu untuk menyesatkan umat Allah.

Berkhotbah sangat berbeda dengan mengajar karena makna dan tujuannya berbeda. Berkhotbah bertujuan untuk meneguhkan iman jemaat Tuhan, sedang mengajar membawa jemaat pada pengertian yang berakar sehingga jemaat dapat bertumbuh dalam satu pertumbuhan iman yang pasti. Berkhotbah meneguhkan iman dan keyakinan sedangkan mengajar memperdalam pengertian, memperluas wawasan dan berakar kedalam Firman Allah. Betapa pentingnya jawatan guru didalam pertumbuhan rohani Gereja Tuhan.

(6). Diaken atau tua-tua jemaat. Dalam 1 Timotius 3:8-13 disini dicantumkan syarat-syarat untuk menjadi diaken atau tua-tua jemaat dalam Gereja Tuhan. Para diaken sering disamakan dengan pembela sidang atau tua-tua sidang jemaat. Kedudukan mereka tidak dapat disamakan dengan kelima jawatan. Sebab diaken tidak terdapat dalam catatan Efesus 4:11, tetapi mereka semua juga adalah pelayan Injil, kata-kata diaken berasal dari kata Yunani “Diakonos” yang berarti pelayan atau hamba untuk melayani Tuhan.

Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi diaken atau tua-tua sidang hampir sama dengan syarat-syarat untuk gembala jemaat. Berarti bahwa pelayanan diaken adalah penting dalam jemaat Tuhan. Karena para diaken adalah orang-orang yang diangkat untuk membantu pelayanan didalam jemaat. Dikatakan bahwa para diaken mendapat kedudukan yang sangat baik untuk melayani Tuhan didalam jemaat.

Dalam Kisah pasal 6, Gereja mula-mula mengangkat tujuh orang diaken untuk membantu pelayanan dalam sidang jemaat, terutama pelayanan meja. Maksudnya supaya gembala jemaat dapat mempersiapkan waktu secara khusus tanpa terganggu dengan pelayanan lahiriah. Gembala jemaat terpanggil untuk pelayanan rohani demi kepuasan serta kehidupan rohani jemaat Tuhan. Mereka mengangkat tujuh orang diaken atau tua-tua jemaat. Memperhadapkan dengan kebenaran Firman Allah, ternyata sekarang ini telah terjadi penyimpangan makna dan tujuan diaken. Kedudukan diaken masa kini lebih berorientasi kepada pelayanan mimbar. Struktural ini harus dikembalikan sesuai Alkitab. Supaya pelayanan Gereja yang bersifat majemuk kesemuanya dapat berfungsi dan Gereja dapat menemukan pola pelayanan yang tepat sasaran.

Namun cukup menarik dikarenakan maksud pelayanan para diaken untuk pelayanan meja (lahiriah), tetapi ternyata ada dua diantara mereka yang dipanggil untuk menjadi pelayan Injil, yaitu Stefanus dan Filipus (Kisah 6:8, 8:3, 8:4-13).


(7). Pelayanan Tubuh Kristus. Kelima jawatan pelayanan bertugas memperlengkapi pelayanan orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan. Kelima jawatan sebagai pemimpin jemaat berkewajiban untuk mengatur pelayanan bagi setiap orang percaya sesuai dengan talenta serta karunia yang diberikan oleh Roh Kudus. Karena semua orang percaya adalah imam yang harus melayani sesuai dengan tempat didalam tubuh Kristus.

Dalam 1 Korintus 12:12-31, pengaturan pelayanan didalam Tubuh Kristus. Setiap anggota dalam Tubuh Kristus mempunyai tempat yang berbeda serta fungsi yang berbeda pula. Namun dikatakan bahwa semua anggota tubuh yang berbeda masing-masing saling melengkapkan. Tidak ada satupun anggota tubuh yang boleh berbangga dan merasa bahwa dia lebih dari anggota yang lain. Semua jenis pelayanan dinilai untuk kepentingan tubuh dan mendapat kemuliaan yang sama.

1 Korintus 12:7-11. Daftar kesembilan karunia Roh Kudus sebagai perlengkapan orang percaya untuk melayani dalam Tubuh Kristus. Kesembilan karunia Roh diperuntukkan bagi semua orang percaya untuk melayani sesuai dengan kasih karunia Allah. Begitu pula Roh Kudus menganugerahkan karunia berupa jenis pelayanan. Karunia memimpin, melayani, memberi, mengajar, menasehati, kemurahan, dst. Semua orang percaya melaksanakan pelayanan sesuai dengan hati yang ikhlas dan penuh sukacita (Roma 12:6-8).


IX. Sakramen Gereja.

Sakramen berarti upacara suci dari Gereja Tuhan. Kata sakramen berasal dari kata sacramentum (latin), berarti ungkapan lahiriah yang keluar dari pernyataan batin. Kita dapat mengartikan bahwa sakramen berarti sesuatu yang rahasia yang berasal dari Yesus Kristus yang diungkapkan dan wajib digenapkan oleh GerejaNya. Konotasi kata sakramen yang telah menjadi lazim yaitu upacara suci gerejani yang terkait dengan pernyataan iman sebagai perintah yang mutlak harus digenapkan. Bahkan perintah sakramen direlevansikan langsung dengan keselamatan. Karena itu sakramen wajib mendapat tempat yang lebih utama dalam liturgi kegerejaan.

Didalam Alkitab terdapat dua sakramen yang langsung merupakan perintah atau kehendak secara terbuka diungkapkan oleh Yesus Kristus. Sakramen Baptisan Air dan Sakramen Perjamuan Kudus. Gereja Pantekosta di Indonesia dalam Mukernas Palembang 1992, melalui komisi pendidikan menambahkan dua upacara gerejani yang dapat dianggap sebagai sakramen yaitu Sakramen Penyerahan Anak dan Sakramen Peneguhan Nikah Yang Kudus. Sesuai keyakinan iman hal tersebut dapat diterima.

Gereja Roma Katholik mempunyai tujuh sakramen gerejani.
Ada beberapa organisasi gereja tidak berani memakai istilah “Sakramen” dengan alasan bahwa kata sakramen terlalu berbau mistis. Mereka mengganti dengan istilah Peraturan-Peraturan Gereja. Tentang istilah-istilah tersebut tidak perlu menjadi polemik sebab Yesus Kristus juga tidak pernah menamakan itu sakramen. Tetapi yang jelas merupakan peraturan Firman Allah yang harus dilaksanakan oleh GerejaNya.


1. Sakramen Baptisan Air. Menjelang kenaikanNya Tuhan Yesus memberi amanat kepada murid-muridNya untuk pergi keseluruh dunia memberitakan Injil kepada segenap bangsa dan barangsiapa percaya “baptislah” mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Selanjutnya, baptisan ini dirangkaikan dengan berita tentang keselamatan. Bahwa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, dan yang tidak percaya akan dihukum (Matius 28:19-20, Markus 16:16). Baptisan adalah suatu perintah yang mutlak harus dilakukan sebab disertai dengan sangsi bila tidak percaya dan melakukannya.

Setelah hari ketuangan Roh Kudus, maka amanat yang ditinggalkan Yesus Kristus menjadi prioritas utama dalam pelayanan dan tantangan khotbah para murid. “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk jalan pengampunan dosa” (Kisah 2:38). Para rasul dengan teliti menekankan sakramen baptisan dalam pelayanan gereja mula-mula. Mereka memegang dan melaksanakan dengan teliti perintah Yesus. Semua petobat-petobat baru harus menggenapkan baptisan air (Kisah 2:41, 8:14, 9:18, 10:48, 16:15, 18:8, 19:5). Dari contoh yang dilakukan oleh para rasul bahwa baptisan dilaksanakan segera setelah seseorang bertobat menerima anugerah keselamatan.

Arti baptisan air. Baptisan air hanya dilakukan kepada mereka yang percaya dan mengambil keputusan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Baptisan air merupakan suatu yang mulia dan suci yang dilaksanakan denga satu maksud sebagai bukti pertobatan dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Baptisan air tidak boleh dilakukan untuk maksud-maksud yang lain. Misalnya, dilaksanakan untuk maksud lain sebagai syarat tertentu. Baptisan adalah perintah Yesus Kristus bagi mereka yang percaya, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Makna baptisan air bukan hanya sebagai tanda bukti bahwa kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi sebagai bukti iman yang dapat disaksikan oleh orang banyak bahwa kita mengalami penyatuan dengan Yesus Kristus. Kita disatukan dengan Kristus didalam kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya.

“Atau tidak tahukah kamu bahwa, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya?” dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:3-4). Orang percaya disamakan dengan Kristus, itulah sebabnya kita harus mengambil bagian dalam seluruh kehidupan dan karya Kristus. Orang percaya berada didalam Yesus Kristus, sehingga baptisan benar-benar merupakan perlambang bahwa orang percaya oleh iman secara realita berada didalam Yesus Kristus Tuhan kita.


Baptisan air juga sebagai bukti pengakuan dihadapan orang banyak bahwa kita mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, dan oleh iman kita berda didalamNya. Hanya didalam menekankan ajaran sakramen ini harus hati-hati jangan sampai kita memproklamirkan bahwa baptisan itulah yang menyelamatkan. Baptisan itu adalah satu bukti bahwa kita telah menerima keselamatan ketika kita percaya dan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Baptisan adalah upacara membuktikan kepada orang banyak bahwa kita telah menerima keselamatan, sehingga menjadi kesaksian awal bagi orang banyak. Baca 4 ayat utama tentang baptisan yaitu, Markus 16:16, Kisah 2:38, Kisah 22:16, dan 1 Petrus 3:21. Ayat-ayat tersebut sangat menekankan keselamatan dalam baptisan. Tetapi tetap peristiwa baptisan adalah peristiwa lahiriah yang mengikuti peristiwa rohani yaitu, pengalaman percaya dan bertobat dan menerima kelahiran baru. Mereka yang telah diselamatkanlah yang harus membuktikan diri melalui makna penyatuan dengan Yesus Kristus melalui peristiwa lahiriah yaitu baptisan air. Percaya dan bertobat dan mengalami kelahiran baru oleh Firman dan Roh Kudus disinilah orang percaya diselamatkan suatu peristiwa rohani yang agung (Yohanes 3:3-5). Peristiwa rohani ini mutlak harus disertai dengan baptisan air sebagai bukti bahwa hidup kita telah disatukan masuk menjadi satu dengan Tuhan Yesus Kristus (Roma 6:3-5).

Siapakah yang harus dibaptis? Yesus meninggalkan amanatNya, “Siapa yang percaya” baptislah mereka (Markus 16:16). “Orang-orang yang menerima perkataanNya” memberi diri dibaptis. “Bertobatlah” hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis (Kisah 2:38). Bukti diatas bahwa calon dibaptis telah mempunyai kematangan mental dan moral untuk mengerti mana yang baik dan mampu mengambil keputusan untuk bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Baptisan adalah untuk orang dewasa yang telah mampu mengambil keputusan.

Kami tidak mengecilkan atau mempersalahkan bagi gereja yang melaksanakan baptisan bayi. Alkitab adalah Firman Kebenaran yang menjadi petunjuk kebenaran apa yang harus dilkukan umatNya. Bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan adanya baptisan untuk bayi-bayi. Apabila itu ada, maka hanyalah merupakan keputusan teologi hasil tafsiran Alkitab. Kebenaran yang tertulis dalam Firman Allah adalah kebenaran yang tidak dapat digugat oleh keputusan teologi. Karena itu, layaklah kita harus membaptis orang dewasa yang setelah mendengar Firman Allah mampu untuk mengambil keputusan percaya dan bertobat serta mengalami kelahiran baru oleh Firman dan Roh Kudus, dan memberi dibaptis (Kisah 10:44, Kisah 16:31, 34).

Cara baptisan. Kata baptisan berasal dari kata Yunani “Baptizo” yang berarti diselamkan. Kata baptizo tidak dapat dikonotasikan sebagai sakramen yang tidak terikat dengan arti kata. Karena dewasa ini kelihatannya ada upaya ajaran yang mengkonotasikan kata baptisan yang tidak terikat dengan salah satu cara. Maksudnya, semua baptisan gerejani dengan cara yang berbeda-beda telah termasuk sempurna dalam konotasi baptisan. Artinya, baptisan selam, percik dan menuangkan air, dan mungkin ada cara lain lagi itu semua adalah sama hanya sebagai simbol , itulah konotasi baptisan.

Kata baptisan dalam Alkitab adalah definitif yang berarti diselamkan. Karena hanya dengan diselamkan sajalah maka perlambangan bahwa kita dibaptis kedalam kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya tepat makna gambaran rohaninya (Roma 6:3-5). W.A Criwell, dalam bukunya “Great Doctrines of The Bible” menguraika tentang kata baptizo dalam tradisi Yunani, bahwa sejak zaman purba kata baptizo banyak dipakai dalam puisi atau cerita kuno Yunani kesemuanya berarti menyelam kedalam air, diselamkan seluruhnya kedalam air (halaman 68-70).


Dengan melihat Yesus dibaptis (Markus 1:10), sida-sida dari Ethiopia (Kisah 8:38-39), semuanya ada pernyataan bahwa mereka turun kedalam air dan keluar dari air sebagai bukti bahwa baptisan dilakukan dengan cara selam. Jelaslah bukti Alkitab bahwa baptisan dilakukan dengan cara menyelamkan seluruh tubuh kedalam air.

2. Sakramen Perjamuan Suci. Perjamuan suci yaitu kita makan dan minum tubuh dan darah Yesus sebagai tanda persekutuan dengan tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 11:20 sakramen ini dikatakan sebagai “Perjamuan Tuhan”, sedangkan dalam upacara yang sama dalam Kisah 2:42 dikatakan mereka berkumpul “memecahkan roti”. Perjamuan Suci adalah perintah dan ketetapan Yesus Kristus sendiri untuk dilaksanakan dalam ibadah GerejaNya. Lukas 22:19-20 “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kataNya: ‘inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku’. Demikian juga diperbuatnya dengan cawan sesudah makan, Ia berkata: ‘cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu’. Dalam 1 Korintus 11:25-26, Gereja Tuhan diminta untuk melakukan Perjamuan Suci ini sebagai peringatan akan Yesus. Kita didalam iman memperingati bahwa kita berada didalam Yesus Kristus sampai Ia datang kembali.

Gereja mula-mula selalu berkumpul setiap hari pertama dan mereka memecahkan roti dan makan dan minum tubuh dan darah Kristus. Dikatakan bahwa para rasul selalu berkumpul dan memecahkan roti. Memang tidak ada ketentuan dalam Alkitab tentang berapa banyak kali atau pada peringatan apa saja upacara perjamuan suci ini harus dilakukan. Hanya jelaslah, dikatakan bahwa para rasul selalu berkumpul memecahkan roti (Kisah 2:42). Begitu pula dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini…”. Rupanya perjamuan suci tidak mempunyai peraturan tertentu berapa kali harus dilakukan setiap tahun. Tetapi jelaslah bahwa sakramen ini adalah kehendak Yesus Kristus untuk dilakukan bagi GerejaNya.

Makna Perjamuan Suci. Kita harus mengakui bahwa apabila kita mengikuti upacara perjamuan suci sangat terasa bahwa ada sesuatu kekuatan rohani didalamnya. Makan dan minum perjamuan suci bahwa sesungguhnya oleh iman kita sedang terlibat persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus dalam arti sesungguhnya. Walaupun kenyataannya bahwa yang kita makan itu hanya sepotong roti dan cawan berisi anggur. Kita sangat keliru kalau kita sifatkan itu hanyalah sebagai lambang tubuh dan darah Tuhan. Ketika penetapan perjamuan kudus, Tuhan Yesus mengambil roti dan berkata “inilah tubuhKu”. Tuhan tidak pernah berkata sebagai lambang. Baca Markus 14:22-25, 1 Korintus 11:23-25. Karena itu sering terjadi mujijat sebagai manifestasi kuasa Allah pada upacara sakramen perjamuan suci. Rahasianya, orang percaya oleh iman sedang bersekutu dengan tubuh dan darah Yesus sesungguhnya. Perjamuan Suci bukan sekedar satu upacara sakramen dengan arti persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus Kristus tetapi mengandung arti rohani:

(1). Perjamuan Suci adalah tanda gereja berada pada/ didalam dimensi Perjanjian Baru. Tanda Perjanjian Baru adalah Darah Yesus Kristus. Ditengah perjamuan malam itu Yesus berkata: “Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu”. (Lukas 22:20). Didalam zaman Taurat atau masa Perjanjian Lama oleh penumpahan darah binatang, Israel mendapat pengampunan (Imamat 16:15-16). Perjanjian lama ditandai dengan grafirat darah binatang (Ibrani 9:6-7). Perjamuan Suci suatu pengaguman akan kebesaran Penebusan Darah Yesus Kristus. Perjanjian Baru telah melebarkan keselamatan dari satu bangsa ke segala bangsa dimuka bumi. Perjamuan suci mengandung unsur doksalogi yang patut gereja berikan kepadaNya (Ibrani 10:19-25).

(2). Perjamuan Suci Peneguhan Persekutuan. Pada waktu melaksanakan perjamuan itu, Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya, kemudian dibagi-bagikan kepada murid-muridNya. Gereja adalah tubuh Kristus merupakan satu persekutuan oleh Roh Kudus yang tidak terpisahkan bersekutu dengan kepala yang ada di sorga.

Lukas 22:19. Persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus didalam perjamuan suci adalah persekutuan Roh Kudus. Ketika Yesus berkata tentang roti bahwa ini adalah “TubuhKu” dan tentang cawan anggur sebagai “DarahNya”. Bukan berarti tentang roti adalah daging Tuhan yang sungguh (reality), demikian juga tentang anggur bahwa itu bukan cawan yang berisi Darah Kristus yang sesungguhnya. Roti dan anggur itu tetaplah sebagai materi roti yang sejati demikian pula anggur sebagai cairan anggur yang sejati. Imanlah yang menjadi transubstensi sehingga roti dan anggur berkhasiat tubuh dan darah Yesus sejati. Didalam iman maka perkara-perkara yang tidak ada menjadi ada. Iman bukanlah satu khayalan atau sugestif, tetapi kekuatan Illahi yang dapat mengadakan.

Setiap kali kita melaksanakan perjamuan suci bahwa kita menyegarkan dalam iman tentang persekutuan kita dengan Kristus yang berlaku terus menerus sampai realita yang sesungguhnya di Kerajaan Sorga. (Markus 14:25).


(3). Perjamuan Suci menjadi peringatan Yesus Kristus. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Perjamuan suci mengingatkan kita semua bahwa Yesus Kristus tidak mati tetapi Dia hidup selama-lamanya. kataNya, bahwa mulai sekarang Ia tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah datang. Sebelum Dia naik ke sorga, Dia meninggalkan pesan kepada murid-muridNya bahwa Dia akan menyertai kita sampai ke akhir zaman (Matius 28:20).

Perjamuan suci suatu tanda peringatan bahwa Yesus Kristus hidup dan Dia pergi menyedikan tempat bagi kita. Sekali ketika ia akan datang kembali dan membawa kita ketempat dimana Dia berada. Supaya selalu berada bersama-sama dengan umat tebusan darahNya. Suatu peringatan bahwa Dia tetap hidup dan menyertai kita, dan sekali waktu kita akan bersama-sama dengan Dia untuk selama-lamanya (Yohanes 14:1-3, Filipi 3:20-21).

(4). Perjamuan Suci Peringatan KematianNya. Apabila kita sedang mengikuti upacara Perjamuan Suci kita harus menikmati kemuliaan Yesus Kristus. Firman Allah berkata bahwa kita tidak ditebus dengan emas atau perak, tetapi ditebus dengan harga yang mahal yaitu Darah Anak Domba Allah yang tidak bernoda dan bercacat (1 Petrus 1:18-19). Upah dosa ialah maut tetapi kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal didalam Yesus Kristus Tuhan kita (Roma 6:23).

Perjamuan suci adalah satu perenungan tentang keselamatan yang kita peroleh oleh kematian Tuhan. Gereja Tuhan menaikkan pujian syukur kepadaNya karena pengorbananNya telah melepaskan kita dari maut. Kita harus bersyukur sebab inilah karya terbesar yang pernah terjadi sepanjang zaman. Perjamuan suci mengandung dua peringatan sekaligus yaitu, bersyukur atas keselamatan dan memuja Dia atas kasih karuniaNya yang rela mati sebagai jalan penebusan dosa isi dunia (Efesus 2:8, Filipi 2:7-9).

(5). Perjamuan suci tanda kerinduan menanti kedatangan Kristus kedua kali. Yesus berkata bahwa “mulai sekarang Aku tidak lagi meminum hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan BapaKu” (Matius 26:29). Upacara perjamuan suci tidak sekedar melihat kebelakang yaitu tentang kematianNya, tetapi dengan penuh harapan melihat kedepan. Berita tentang kedatangan Yesus Kristus kedua kali lebih mendominasi Alkitab daripada berita kelahiranNya. Orang percaya harus hidup dalam pengharapan dan hal tersebut mengakibatkan orang percaya tidak akan tergilas menghadapi segala macam tantangan serta ujian iman. Dunia tidak menerima kita karena orang percaya tidak bersal dari dunia (1 Petrus 1:6-7, Yohanes 17:13-14).

Sungguh, sangat menarik kata Yesus bahwa sampai Ia kan meminumnya yaitu anggur bersama kita di Kerajaan Sorga. (Wahyu 21:4-5). Perjamuan suci mengisyaratkan bahwa kita adalah warga kerajaan sorga yang sekarang masih bertempat tinggal di bumi. Perjamuan suci mengisyaratkan bahwa kita sedang bergerak menuju kepada sesuatu yang baru, sama sekali baru. Tengoklah bahwa Aku menjadikan segala sesuatu baru.

Syarat mengikuti perjamuan suci. Tuhan Yesus mengadakan perjamuan kudus bersama-sama dengan para murid-muridNya tanpa pengikut lain. Sehingga ada organisasi gereja membuat peraturan tertentu bagi mereka yang diperbolehkan mengambil bagian dalam perjamuan kudus. Dalam 1 Korintus 11:27-28, dijelaskan semua yang mengambil bagian harus dapat membedakan arti perjamuan suci yaitu mengambil bagian dalam kelayakan. Barangsiapa mengambil bagian dengan tidak layak, maka berdosa kepda tubuh dan darah Tuhan. Sehingga semua harus menguji diri sebelum turut serta dalam makan dan minum tubuh dan darah Tuhan. Hal itu mengisyaratkan bahwa yang mengambil bagian haruslah orang-orang yang telah percaya dan lahir baru. Hanya merekalah yang dapat mengukur diri apakah berlayak atau tidak untuk mengambil bagian.

Kelihatannya Tuhan Yesus juga memberi peraturan perjamuan suci harus dilakukan oleh para murid sebagai satu peringatan. Demikian juga dalam Kisah 2:42, 20:7, mereka selalu berkumpul pada hari pertama untuk memecahkan roti. Para rasul selalu berkumpul selalu berkumpul untuk melaksanakan perjamuan suci sesuai dengan kehendak Yesus Kristus. Mereka yang telah lahir barulah yang mampu mengukur diri mereka sendiri tentang syarat rohani keberlayakan mengambil bagian dalam perjamuan suci. Kalau tidak berlayak dikatakan berdosa kepada tubuh dan darah Yesus Kristus (1 Korintus 11:27-28). Dengan peringatan tersebut menjadi dasar bahwa mereka yang mengambil bagian haruslah bagi mereka yang mampu mengenal kelayakan rohani yang berarti bahwa perjamuan suci hanya bagi mereka yang bertobat dan lahir baru.

Didalam kitab Keluaran 12:3-8, Israel sebelum keluar dari negeri Mesir menyembelih anak domba dan dagingnya dimakan bagi seluruh isi rumah tangga (ayat 4). Hal itu berarti melibatkan anak-anak, karena isi keluarga bukan hanya kedua orang tua atau orang dewasa tetapi juga ank-anak. Banyak gereja Tuhan membangun ajaran yang melibatkan anak-anak dapat dilibatkan dalam perjamuan suci berdasarkan kebenaran itu.


Memang tidak ada bukti Alkitab yang mengatur dengan jelas siapakah yang berhak mengikuti perjamuan Tuhan. Harus diingat bahwa sakramen ini bukan perjamuan gereja tapi perjamuan Tuhan. Setiap orang harus mengukur diri apakah dia layak atau tidak untuk mengambil bagian. Kekudusan Kristus menyertai sakramen ini. Kita tidak dapat menyimpan anggur baru didalam kirbat yang lama, pasti kirbat itu akan pecah. Bahwa anggur yang baru haruslah disimpan didalam kirbat yang baru. Terang dan gelap tidak dapat disatukan. Kristus mempunyai karakteristik kekudusan, semua orang percaya haruslah mempersiapkan diri yang layak untuk mengambil bagian dalam sakramen Perjamuan Suci (Markus 2:22, Lukas 5:37, 1 Petrus 1:15-16).

3. Penyerahan Anak. Memang penyerahan anak tidak termasuk sakramen perintah langsung dari Yesus Kepala Gereja. Tetapi tidak keliru juga kalau Gereja mengangkat penyerahan anak sebagai sesuatu yang dianggap upacara suci kegerejaan. Anak-anak yang baru lahir belum mengenal dosa dan Tuhan Yesus sering mengambil anak kecil dengan segala sifatnya untuk menjadi teladan bagi orang percaya. “Lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk kerajaan sorga (Matius 18:3). “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya” (Lukas 18:17).

Anak kecil mempunyai karakter kudus dan mulia sebab belum mengerti keadaan baik dan buruk. Suatu karakteristik seperti ketika Adam belum jatuh dalam dosa. Karena itu penyerahaan anak kecil didalam upacara gerejani mengandung makna supaya sifat dan karakter yang dimiliki sejak kanak-kanak dapat dipelihara oleh Tuhan sampai ia menjadi dewasa. Suatu karakter keadaan yang memperkenankan Allah sebagai syarat untuk masuk kedalam Kerajaan Allah.

Penyerahaan anak-anak juga berarti bahwa pengakuan kedua orang tua bahwa kanak-kanak itu bukan milik mereka tetapi milik Allah. Sehingga akan membangun pertanggungjawaban pertumbuhan anak dalam semua aspek kepada Tuhan yang memilikinya. Orang tua tidak lagi melihat anak-anak sebagai milik dan merasa menguasainya dan hal ini akan lebih mendorong pertanggungjawaban pemeliharaan kepada Tuhan. Begitu juga penyerahan anak membangun iman orang tua bahwa Tuhan terlibat langsung dalam pertumbuhan anak-anak tersebut sampai dewasa.

4. Ibadah Peneguhan Nikah. Kedua mempelai dalam pandangan pernikahan Kristen mengandung misteri yang mendalam. Kedua mempelai adalah bayangan Kristus dan sidang jemaatNya (Efesus 5:32-33). Betapa mulianya penikahan Kristen dimata Allah Bapa. Iblis ingin menghancurkan gereja Tuhan mulai dari unit yang paling kecil yaitu, apabila mampu meretakkan hubungan suami istri dalam keluarga Kristen. Berita pertama dalam Alkitab adalah tentang pasangan Allah di taman Eden. Demikian juga menjadi berita terakhir pernikahan Kristus dan gerejaNya sebagai mempelai wanita.

Hubungan suami istri Kristen adalah berita sorgawi, dan dikatakan sebagai rahasia yang dalam satu misteri, yaitu hubungan Kristus dan Jemaat. Dari situlah kebenaran pernikahan menjadi kebenaran sorgawi. Hubungan Kristus dan jemaat adalah bersifat kekal demikian pula hubungan suami istri adalah hubungan seumur hidup. Hanya kematian saja yang dapat memisahkan suami dan istri. “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9).


Dari kebenaran diatas itulah menjadikan betapa indah dan mulianya upacara ibadah peneguhan nikah yang kudus didalam gereja. Begitu pula peneguhan nikah yang kudus suatu kerinduan dan pengharapan bahwa misteri hubungan Kristus dan jemaat yaitu hubungan Kristus dengan kedua mempelai sebagai jemaat Tuhan teraktualisasi dalam hubungan suami istri. Kasih Kristuslah yang membuat rumah tangga ada damai sejahtera sukacita penuh ucapan syukur dan melimpah dengan buah-buah kebenaran. Kerinduan itulah yang menjadikan ibadah Peneguhan Nikah Yang Kudus diakui sebagai sakramen dalam ibadah gereja-gereja pantekosta pada umumnya.

X. Bentuk Organisasi Gereja.

Pada umumnya ada 3 bentuk organisasi gereja yang dipergunakan dewasa ini. Walaupun ada banyak pola organisasi yang tidak dapat dikelompokkan kedalam salah satu kelompok itu. Ketiga kelompok bentuk organisasi tersebut adalah:

1. Bentuk Episkopal. Bentuk episkopal berasal dari kata ” Episkopos” (Yunani) yang berarti diperintah oleh Uskup . Pelayanan gereja dilakukan oleh para pendeta yang dikepalai oleh seorang Uskup. Misalnya, disatu wilayah yang terdiri para pendeta yang memimpin sidang jemaat, namun semua pendeta tersebut tunduk atau dibawah pengawasan satu orang Uskup. Uskup inilah yang mengangkat dan menetapkan para pendeta untuk memimpin satu sidang jemaat dalam satu kota ataupun dalam satu wilayah tertentu.

Gereja Roma Katholik menerapkan sistim ini, karena menafsir bahwa seorang Uskup lebih tinggi dari seorang pendeta. Tetapi pemakaian sistim ini oleh gereja Roma Katholik telah menyimpang dari ajaran Alkitab. Ternyata mereka menetapkan seorang Paus atau kepala atau Uskup kota Roma (Vatikan) menjadi pemimpin atas seluruh gereja Roma Katholik sedunia. Kedudukannya bukan haya menjadi pemimpin atas seluruh gereja Roma Katholik sedunia tetapi segala penetapannya atau keputusannya dianggap sederajat atau sama berwibawa dengan Firman Allah.

Dasar gereja Roma Katholik bahwa gereja berdiri didasarkan atas pengajaran para rasul (Kisah 2:42). Kepercayaan gereja Roma Katholik bahwa Paus pemimpin gereja Roma Katholik adalah pengganti atau penerus para rasul yang melayani di gereja mula-mula.


Padahal hampir semua doktrin gereja tentang pemimpin jemaat masa kini sepakat bahwa kata Episkopos (Uskup) mempunyai arti yang sama dengan kata Presbuteros (Penatua). Uskup satu istilah yang menekankan gembala jemaat sebagai seorang “penilik” atau “pengawas”. Sedangkan penatua menekankan bahwa seorang gembala sidang adalah seorang yang dewasa dan memiliki pengetahuan dan pengalaman rohani yang matang. Kata Uskup dan Penatua menekankan jenis tugas yang menjadi tanggung jawab seorang gembala jemaat.

Bentuk Episkopal merupakan bentuk organisasi gereja-gereja Lutheran, Metodis dan Roma Katholik walaupun agak berbeda hierarki otorisasi, sebab dalam sistim gereja Roma Katholik Uskup sebagai pemimpin disatu wilayah harus tunduk sepenuhnya kepada Paus di Roma. Paus adalah pemimpin tertinggi gereja.

2. Sistim Presbiterian. Sistim organisasi dimana penerapan pimpinan jemaat dibawah pimpinan para penatua. Tingkat pimpinan ini berlaku dari tingkat nasional oleh satu badan yang terdiri dari para pendeta, di tingkat daerah juga ada badan tingkat daerah atau sinode yang terdiri dari para pendeta dengan jumlah yang telah ditetapkan. Demikian seterusnya ditingkat sidang jemaat diangkat penatua-penatua yang memimpin sidang jemaat dan diantara penatua dipilih dan ditetapkan seorang penatua sebagai pendeta yang mengkoordinasi. Tetapi biasanya pendeta yang memimpin sidang jemaat itu ditetapkan oleh Badan Tingkat Daerah atau Sinode Daerah (Semacam M.D GPdI).

Sisitim ini juga mengakui hak seluruh anggota jemaat untuk memilih para penatua dan diaken yang bertindak sebagai pelayan pembantu yang berfungsi untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dalam sidang jemaat. Biasanya dalam menetapkan pendeta koordinasi, pimpinan jemaat tidak mengabaikan usul serta saran dari seluruh sidang jemaat setempat.

Kebanyakan gereja-gereja protestan (Calvinisme) mengikuti pola organisasi Presbyterian. Pada bagian-bagian tertentu Gereja Pantekosta juga mengikuti pola ini. Contoh: Pengangkatan dan penetapan gembala jemaat melalui penetapan Badan Pimpinan Daerah, di GPdI dikenal dengan nama Majelis Daerah untuk setiap daerah tertentu. Pola ini untuk sidang jemaat setempat mengikuti pola yang ada di Gereja mula-mula. Kebanyakan pimpinan setiap sidang jemaat pada gereja zaman rasul mengikuti pola atau sistim dipimpin oleh para penatua. Seorang dari penatua tersebut ditetapkan sebagai gembala jemaat (Filipi 1:1, Kisah 15:2, 6; 20:17, Titus 1:5, Yakobus 5:14, 1 Petrus 5:1, 1 Timotius 5:17). Sistim kepemimpinan jamak yang terdiri dari penatua-penatua (Eldership) banyak diterapkan oleh jemaat-jemaat walaupun secara murni tidak mengikuti sistim Presbyterian.

3. Sistim Kongregasional. Dalam sistim ini kepemimpinan jemaat berada ditangan seluruh anggota sidang jemaat. Kata kongregasional berasal dari kata Inggris “Congregation” yang berarti jemaat. Mereka beranggapan dan membangun ajaran bahwa adanya sidang jemaatlah sebagai awal atau dasar sehingga adanya pemimpin sidang jemaat. Karena itu, jemaatlah yang harus memilih dan menetapkan pemimpinnya. Anggota jemaatlah yang menjadi substansi gereja, karena itu tidak boleh ada satu badan gerejani atau satu panitia tertentu yang harus mengangkat pemimpin jemaat.

Dibeberapa tempat ada jemaat kongregasional yang tidak mengangkat gembala jemaat tetapi mereka dilayani oleh tua-tua jemaat untuk memimpin ibadah, sakramen semua liturgi gerejani secara bergantian dalam waktu tertentu. Tetapi hal tersebut atau pola ini sangat merugikan rohani sidang jemaat. Sebab kebanyakan tua-tua jemaat hanya memberi paruh waktu (part time) dan itu tidak membawa jemaat kedalam pertumbuhan rohani yang diharapkan.

Pola kongregasional mengikuti pola gereja mula-mula. Dimana tidak ada badan yang mengendalikan atau memerintah atas gereja, terkecuali rasul-rasul yang menetapkan pemimpin sidang jemaat. Ajaran kongregasional tidak melihat bahwa adanya pelayanan para rasul yang dapat disamakan rasul-rasul gereja mula-mula. Karena itu, seluruh jemaatlah yang mempunyai kuasa dan berhak mengangkat pemimpin jemaat atau gembala jemaat.

Pola ini dilakukan oleh gereja-gereja baptis, gereja kongregasional, sebagian gereja-gereja aliran pantekosta serta gereja independen lainnya. Dalam prakteknya bahwa pola kongregasional tidak menolak persekutuan dengan gereja-gereja lainnya, asalkan persekutuan itu tidak sampai mengganggu kedaulatan seluruh anggota jemaat dalam menentukan dan menemukan pola ibadah mereka sendiri.

Bisanya, dalam gereja-gereja menganut pola kongregasional sangat sukar mencari kesatuan ajaran. Hal tersebut disebabkan bahwa pimpinan jemaat tidak dibawah otoritas satu badan gereja yang membawahi gereja-gereja. Gembala jemaat tidak ada kewajiban bertanggung jawab secara penuh kepada satu lembaga diatasnya. Gembala jemaat hanya mengabdi dan mendengar kepada suara jemaat yang telah mengangkatnya. Apabila terjadi persekutuan dengan gereja-gereja lainnya maka sifatnya tidak mengikat.

4. Tidak ada pola organisasi yang sempurna dan Alkitabiah. Mempelajari ketiga bentuk umum organisasi dari gereja-gereja dewasa ini, kebanyakan bentuk-bentuk dari organisasi itu telah mengalami penyesuaian dengan sifat dan kondisi serta ajaran yang dianut oleh setiap gereja. Tidak ada satupun dari ketiga mode organisasi tersebut yang seratus persen mengikuti pola Alkitab. Tetapi pola organisasi gereja mula-mula begitu banyak model dan bentuknya telah tersirat dalam ketiga bentuk umum tersebut.

Kita harus mengingat bahwa gereja mula-mula merupakan kelompok yang tidak diterima oleh tata krama adat istiadat Yahudi yang berorientasi pada hukum taurat.

Demikian pula sistim ketatanegaraan dibawah pemerintahan Romawi melihat kelompok gereja sebagai satu kelompok yang mempunyai kedaulatan rohani yang berbahaya bagi orientasi politik kerajaan Romawi. Hal-hal tersebut telah mengakibatkan keuntungan rohani gereja mula-mula, sebab berada sepenuhnya dibawah kedaulatan Roh Kudus melalui pengaturan para rasul. Pengaturan gereja pada zaman para rasul merupakan perwujudan organisme yaitu kehendak Allah melalui Roh Kudus. Karena itu, melimpah dengan pernyataan supranatural kedaulatan Allah.

Organisasi gereja-gereja masa kini tidak dapat terlepas dari iklim dan kondisi sosial budaya dimana gereja itu berada. Semua gereja-gereja masa kini adalah badan hukum dimana kehidupan berorganisasi selalu berupaya untuk mengikuti pola Alkitabiah, tetapi jelas tidak dapat terlepas dari unsur pragmatisme kondisi sosial budaya dimana organisasi itu berada. Namun, bagaimanapun juga gereja harus berkeyakinan tentang suatu ketika diwaktu yang akan datang bahwa Yesus Kristus melalui peranan Roh Kudus dapat kembali mengambil alih kepemimpinan gerejaNya. Gereja bukanlah organisasi lembaga hukum, tetapi tubuh Kristus sebagai organisme yang hidup oleh Roh Kudus milik Kepala yaitu, Tuhan Yesus Kristus.

[END] @2003-2004.

sumber : (Dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Majelis Pusat GPdI dan diperbanyak oleh Departemen Literatur dan Media Massa).

0 komentar:

Post a Comment